Rabu, 16 April 2014

Ketika pengertian berada diambang batas, siapa yang patut disalahkan...

PR 4, kamis 17 april 2014
#10 Hari Ngeblog

Commuterline solusi atau penambah masalah?

Berita Pertama


Metrotvnews.com, Bekasi:
Penumpang kereta api Commuter Line jurusan Bekasi-Jakarta Kota, melakukan demo dengan duduk di sepanjang rel. Mereka menuntut PT KAI Commuter Jabodetabek memperbaiki jadwal keberangkatan kereta api dari arah timur Jakarta dan Commuter Line. Bila tidak, mereka mendesak Direktur KCJ mundur.
"Perbaikan jadwal kereta api harus dilakukan paling lambat tiga hari setelah hari ini. Apabila PT KAI tidak bisa melakukannya, Direktur KCJ dicopot saja dari jabatannya," ujar perwakilan penumpang commuter line melalui pengeras suara stasiun, Bekasi, Kamis (17/4/2014).
Demo ini dipicu oleh sering telatnya kereta menuju Bekasi dari Jakarta Kota atau sebaliknya. Keterlambatan ini akibat banyaknya kereta dari arah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang juga menggunakan jalur sama.
Keadaan ini dipicu dari terlambatnya kereta api Commuter Line. Rangkaian kereta itu seharusnya berangkat pukul 07.45 WIB, namun baru sampai di Bekasi pukul 08.30 WIB.
Keadaan makin parah dikarenakan kereta dari timur Jakarta terus diberikan jalan. Penumpang yang melihatnya lantas marah dan memblokade rel kereta. Tidak hanya duduk di rel Commuter Line, pendemo juga duduk di rel kereta yang akan dilewati kereta dari arah timur. (BOB)

Berita kedua

Masih Adakah Rasa Kepedulian di Bangku Prioritas Commuter Line?
Rivki - detikNews
Jakarta - 
Kehidupan di angkutan massal commuter line menjadi gambaran masyarakat Indonesia. Berbagai latar belakang masyarakat tumplek di dalam gerbong yang kadang padat setiap harinya. Di dalam kereta itu juga terjalin rasa simpati dan empati pada sesama penumpang. Salah satu kasusnya lewat bangku prioritas commuter line.
Bangku prioritas ini diperuntukkan bagi ibu-ibu hami, lansia, dan mereka yang berkebutuhan khusus. Tapi sayangnya kerap kali kursi ini diisi oleh mereka yang tak seharusnya. Terkadang yang berhak justru tak bisa duduk di kursi itu.
Seperti pengalaman Rani Alfiah, pengguna commuter line dalam surat elektroniknya ke redaksi@detik.com, Selasa (8/4/2014). Rani bercerita, suatu hari dia pulang kerja dan berdiri di depan bangku prioritas yang diduduki para ibu-ibu hamil.
Namun saat itu terdapat seorang bapak yang tampak sehat dan bugar, yang sedang tertidur. "Entah beneran atau pura-pura," imbuh Rani.

Lalu kemudian, datang wanita lansia yang sangat butuh tempat duduk. Rani berinisiatif membangunkan bapak yang tertidur itu dengan sopan dan berkata kalau ada lansia yang butuh duduk.
"Namun bapak-bapak tersebut masih pura-pura tidur dan mengabaikan ucapan saya. Saya coba membangunkan beliau kembali, akhirnya beliau berdiri dan sambil ngedumel nggak jelas sepanjang jalan," imbuh Rani. 
"Kurangnya kesadaran masyarakat di dalam angkutan khususnya kereta commuter line sungguh memprihatinkan. Banyak ketidakperdulian terhadap orang lain. Sikap apatis yang banyak saya temui di sini. Semoga suatu saat nanti perilaku-perilaku manusia seperti ini berkurang, amin," tambah Rani.

Berita ketiga

Ramai Kursi untuk Ibu Hamil di Media Sosial, Ini Saran Pihak Commuter Line
Nala Edwin - detikNews

Jakarta - Kursi untuk ibu hamil tengah ramai diperbincangkan di media sosial. Asal muasalnya ada seorang perempuan pengguna commuter line yang menulis di path pengalamannya menolak memberikan kursi bagi ibu hamil. Sejumlah alasan dikemukakan perempuan itu mulai dari dia berangkat pagi harus naik ojek dan angkot dua kali sampai kakinya sakit.
Lalu bagaimana tanggapan pihak commuter line soal kasus yang ramai di media sosial path dan twitter ini?
"kita sama-sama mengerti. Ini transportasi publik, dari atas sampai bawah. Kalau ada ibu hamil, di angkutan umum ya kita sebagai penumpang sebaiknya bersimpati," kata juru bicara Commuter Line, Eva Chairunnisa saat dikonfirmasi, Rabu (16/4/2014).

Menurut Eva, pihaknya juga sudah mendapatkan informasi soal ramainya cerita soal kursi itu. Menurut Eva, kalau dari operator memang ada kursi prioritas yang terletak di ujung. Kursi itu khusus bagi ibu hamil dan mereka yang dibolehkan sesuai aturan. Kalau bangku itu penuh oleh mereka yang memang berhak, bangku reguler baru menjadi pilihan. Nah, di sini diharapkan kerelaan penumpang yang lain.
"Kita mengharapkan pengguna jasa, dari sisi kemanusiaan dari sisi masing-masing. Kita tak mungkin memaksakan, artinya misalnya kalau kursi prioritas penuh, kita minta tolong pada penumpang di kursi reguler," jelas Eva.
Bila di bangku reguler tak ada yang mau berdiri, lanjut Eva, maka petugas yang berjaga akan mencari tempat lain sampai menemukan penumpang yang rela dengan rasa kemanusiaan.
"Ya kalau ada yang nggak mau kita tidak bisa memaksa. Petugas akan minta tolong pada penumpang yang memang sukarela mau berdiri," urai dia.
"Di situ membutuhkan pengguna jasa saling bersimpati," tambah dia.
Eva menceritakan, biasanya justru para penumpang di kereta yang saling bantu tanpa perlu bantuan petugas. Penumpang kereta dikenal solider, dan kala ada yang membutuhkan tempat duduk, ada saja penumpang yang berteriak memberitahu dan kemudian ada yang sukarela memberi bangku.
"Kenapa ibu-ibu hamil memilih tempat reguler bukan tempat gerbong khusus karena di reguler biasanya ada yang memberi. Kalau kasus yang di media sosial itu kasuistis saja, itu dari sisi perseorangan. Penumpang kereta banyak yang bersimpati," tutup dia.
KESIMPULAN :
Dari beberapa berita diatas kita bisa menyimpulkan CommuterLine merupakan transportasi vital yang digunakan oleh berbagai macam kalangan masyarakat. Saya memang bukan pengguna commuterline, tapi saya ikut merasakan kesesakan mereka ketika berangkat kantor atau sekolah, kegundahan mereka ketika commuterline tak kunjung datang tepat waktu, begitu juga kepenatan mereka berjam-jam berdiri dari berangkat hingga sampai tujuan. Negeri kita terkenal dengan keramah tamahannya namun kali ini terlihat jelas kemuraman demi kemuraman yang ada. Dimanakah letak kesalahannya? Hanya waktu yang akan membuka tabir kejadian saat ini. Ketika kesadaran dan pengertian kita berada diambang batas...

Linda Trinovita
#Yang belajar untuk menjadi bisa


12 komentar:

  1. smakin maju jaman toleransi smakin hilang..

    *makku emank jempol, ngumpulin brita yg jarang banget kita baca...

    BalasHapus
  2. wuihhh mbak linda pengumpul berita yg kereennn, aq jarang naik kereta ternyata begitu ceritanya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita sama² bukan pengguna commuterline, tapi sering mendengar saudara keluarga atai tetangga yg menggunakan fasilitas tersebut :)

      Hapus
  3. Semua manusia merasa memiliki haknya masing-masing. Kita bisa apa, selain berbesar hati atas ketidaknyamanan. Semoga hal tersebut menjadi pembelajaran buat kita semua ya, mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga masih banyak cinta untuk sesama :)

      Hapus
  4. Kalau aja setiap orang mau mencoba merasakan apa yang orang lain rasakan, mungkin hal-hal seperti itu tak akan terjadi. Kita tidak hidup sendirian di dunia ini, masing-masing orang punya hak, dan masing-masing orang juga punya kewajiban untuk menghormati hak orang lain...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba' yullinda, setuju banget. Semoga kasih sayang sesama bisa merubah keegoisan menjadi kebersamaan aamiin :)

      Hapus
  5. Mba linda hebat banget beritanya plit...plit...komplit...jd aq smakin tau...dari sisi petugas nya...
    Dan memang kita smua punya hak di transportasi umum...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mba', mari kita belajar sama-sama :)

      Hapus
  6. Waaahh,, komplit... semoga ke depannya fasilitas transportasi umum semakin baik, seperti di negara - negara maju lainnya.. aamiin..

    BalasHapus

Hai... Terima kasih ya udah mampir plus komentar :)